BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penulis membuat karya tulis ini
berdasarkan pada kenyataaan bahwa bunuh diri atau percobaan bunuh diri di
kalangan remaja semakin meningkat. Padahal remaja adalah generasi muda yang
kelak akan memimpin negara ini. Apabila hal tersebut terus berlanjut, tentu
akan menimbulkan dampak yang lebih buruk.
B. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah
masalah dunia remaja yang menyangkut pada tindakaan kriminal yaitu bunuh diri
yang bertentangan dengan agama dan moral. Mengingat psikologi remaja yang
sangat luas, penulis hanya memaparkan tentang stress dan depresi pada remaja
yang akhirnya bisa mengarah pada tindakan bunuh diri.
C. Tujuan Penulisan
Penulis membuat karya tulis ini dengan tujuan :
1.
Memberi gambaran tentang
psikologi remaja.
2.
Mencegah semakin banyaknya
kasus bunuh diri yang dilakukan remaja.
3.
Meyakinkan bahwa bunuh diri
adalah tindakan yang salah dari sudut agama dan hukum.
D. Metode Observasi
Dalam penyusunan dan pemerolehan data,
penulis menggunakan metode kajian pustaka. Kajian pustaka adalah metode
observasi dengan meneliti dan menelaah sumber-sumber dari buku-buku, koran
maupun artikel-artikel yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Penyebab
Remaja Bunuh Diri
Ada kalanya alasan
remaja bunuh diri sangat sederhana dan tidak serumit alasan bunuh diri pada
orang dewasa. Tetapi penghayatan dari motif keinginan untuk bunuh diri bagi
seorang remaja sangat serius atau dinilai sangat memdalam. Hal tersebut terjadi
karena mereka sedang berada pada masa transisi dari masa anak ke masa dewasa.
Pada dasarnya
faktor-faktor yang dapat memicu bunuh diri pada remaja dibagi menjadi dua,
yaitu :
1.
Faktor Intern
Faktor intern meliputi masalah yang berasal dari dalam remaja itu
sendiri.
a.
Keterbatasan intelektual
Keterbatasan intelektual
mengakibatkan si remaja mudah putus asa. Mereka cenderung untuk berfikir
singkat tanpa diolah terlebih dahulu. Ketika menemui jalan buntu, mereka
mengira tidak ada seorangpun yang peduli dan sanggup menolong mereka. Di mata
mereka solusinya hanya satu, mengakhiri hidup supaya masalah juga berakhir dan
segera terbebas dari stress dan depresi.
b.
Gangguan kepribadian
Hal ini terlihat pada remaja yang
bersikap agresif. Sikap agresif, pemberontak dan tidak bertanggung jawab adalah
salah satu ciri psikologi remaja yang sangat umum.
c.
Sakit fisik
Kecelakaan yang mengakibatkan luka
atau cacat seumur hidup membuat remaja dalam keadaan depresi dan rendah diri.
Hal yang sama juga terjadi pada remaja yang mempunyai penyakit serius yang
divonis dokter tidak dapat disembuhkan. Perasaan malu dan “tidak sama” dengan
teman-teman menimbulkan stress pada diri remaja. Contoh sederhana dapat dilihat
pada seorang remaja putri yang mempunyai bekas luka operasi pada lututnya. Ia
malu jika ada temannya yang tahu dan berkomentar betapa menjijikkannya bekas
luka itu. Ia merasa iri dengan teman-temannya yang bisa memakai rok mini untuk
memamerkan paha mereka. Hal inilah yang dapat mengakibatkan depresi.
d.
Gangguan mental
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan
dimana penderitanya merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh
diri. Remaja yang megidap skizofrenia sebenarnya dapat disembuhkan dengan
bantuan ahli jiwa, pelayanan kesehatan yang baik, obat-obatan dan dukungan
keluarga.
2.
Faktor ekstern
Faktor ekstern ini meliputi masalah yang timbul dari luar diri
remaja
a.
Lingkungan rumah
Keluarga adalah tempat pertama remaja
mendapatkan kasih sayang. Keluarga seharusnya memberi rasa aman dan nyaman bagi
remaja. Keluarga seharusnya mencurahkan perhatian dan memberi penghiburan.
Tetapi sering kita jumpai bahwa keluarga kita bukanlah keluarga impian. Ada
beberapa contoh masalah dalam keluarga yang memicu keinginan untuk bunuh diri,
misalnya :
1)
Perceraian orang tua
Remaja ingin mendapat kasih sayang
dan perhatian yang seimbang dari ayah dan ibunya. Tetapi ketika orang tua memutuskan
untuk bercerai, keseimbangan itu menjadi retak. Remaja harus memutuskan untuk
hidup mandiri, atau tinggal dengan ayah atau ibu. Apalagi dengan munculnya ayah
tiri atau ibu tiri, remaja akan semakin tertekan dan merasa bahwa rumahnya
adalah neraka.
2)
Ekonomi keluarga yang minim
Remaja memang belum dewasa dalam
pikiran. Masalah ekonomi ini tentu merupakan masalah yang memusingkan.
Pergaulan yang tinggi, gaya hidup yang mewah dan glamour serta trend yang
selalu bergerak adalah lingkungan hidup remaja. Untuk mengikuti semua itu pasti
membutuhkan uang. Hal ini pasti tidak akan terpenuhi jika penghasilan orang tua
pas-pasan atau dibawah standart.
Remaja menjadi frustasi. Mereka marah
pada orang tuanya yang tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka
tidak pernah berpikir untuk mendapatkan uang dengan bekerja sambilan. Mungkin
solusinya adalah dengan berhutang kepada teman. Namun hutang semakin menumpuk
dan remaja bingung tidak tahu harus berbuat apa.
Lalu remaja menggunakan uang SPP
untuk berfoya-foya. Mereka baru sadar saat mereka tahu tidak akan bisa menebus
uang sebanyak itu. Disinilah remaja yang agresif dapat bertindak kriminal untuk
mendapatkan uang. Tetapi pada remaja yang lain, yang sudah lelah dan putus asa,
bunuh diri menjadi satu-satunya pilihan.
3)
Ketidak harmonisnya hubungan
anak dengan orang tua
Pertengkaran anak dengan orang tua
semakin sering terjadi ketika si anak mulai remaja. Kebanyakan pertengkaran
terjadi bukan karena masalah kesenjangan umur, tetapi lebih mengarah pada
kesenjangan kebudayaan. Hal-hal yang dilakukan remaja masa kini, misalnya
berpelukan di depan umum adalah sangat tabu pada jaman orang tuanya remaja
dulu. Tuntutan orang tua juga dirasakan terlalu berat bagi remaja. Kamu harus
begini, kamu harus begitu, lakukan ini, lakukan itu. Akhirnya remaja merasa
tidak mampu memikul tanggung jawab. Remaja merasa ia bukanlah anak yang
diharapkan orang tuanya. Rumah terasa tidak nyaman dan solusinya adalah pergi sejauh-jauhnya
atau tindakan bunuh diri.
b.
Lingkungan sekolah
Salah satu kasus di sekolah yang
membuat remaja putus asa adalah tidak lulus ujian. Remaja yang tidak lulus
ujian merasa kuatir dengan masalah yang akan dihadapinya. Perasaan malu, takut
dimarahi orang tua, kuatir dengan hinaan dan yang terakhir adalah perasaan
marah pada diri sendiri. Hal-hal semacam itu akhirnya mengarah pada sikap
histeris , agresif atau percobaan bunuh diri.
c.
Lingkungan teman-teman sebaya
Arti teman sangat penting bagi
remaja. Remaja yang banyak memiliki teman atau menjadi anggota kelompok yang
dianggap “wah”, merasa bangga dan percaya diri. Sebaliknya, kehancuran karena
ditinggalkan teman berakibat fatal. Remaja bergaul dengan teman. Sangat
menyakitkan jika suatu kesalahan kecil membuat teman-teman menjauh dan
membencinya. Mungkin juga cemohan yang pedas dari seorang teman, terutama teman
spesial menimbulkan luka hati yang dalam. Tanpa menutup kemungkinan, peristiwa
tersebut diakhiri dengan bunuh diri.
B. Proses Terjadinya Bunuh Diri
Ada beberapa proses mental yang terjadi
pada diri remaja sebelum mereka memutuskan untuk bunuh diri. Prosesnya adalah
sebagai berikut :
Mengalami
hambatan
Peran lingkungan
sangat besar untuk mengintervensinya.
Kebutuhan remaja
yang paling menonjol adalah ingin dihargai, butuh pengakuan serta butuh
perhatian. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan identitas dirinya karena
mereka sedang berada dalam persimpangan jalan, dari seorang individu yang
tergantung pada lingkungannya menjadi seorang yang mandiri. Arti kemandirian di
sini dilihat dari beberapa aspek seperti aspek fisik, emosi, sosial maupun
ekonomi. Untuk dapat mencapai makna dari kemandirian tersebut diperlukan
lingkungan yang dapat membimbing. mengarahkan, mendorong serta memberi contoh
yang baik bagi remaja. Bila lingkungan kurang peduli dan kurang peka maka
remaja akan semakin rapuh. Akhirnya pada saat remaja menghadapi masalah atau
kegagalan, reaksinya semakin parah.
Pada saat remaja
megalami konflik yang berkepanjangan, maka perasaan stressnya semakin dalam dan
akhirnya mengalami depresi. Depressi adalah perasaan kecewa yang sangat
mendalam disertai perubahan tingkah laku seperti lebih pendiam, sering
mnyendiri, marah-marah tanpa sebab, sulit tidur, kurang memiliki selera makan,
perasaan malu berlebihan, kurang percaya diri bahkan dapat menderita
psikosomatik (sakit maag, sakit kepala, dada berdebar, sakit badan, mual-mual
dan sebagainya). Bila remaja dibiarkan hidup dalam dunianya sendiri dalam waktu
yang cukup lama dapat timbul perasaan “hopeless” yang akhirnya bisa mengarah
pada gangguan kepribadian atau percobaan bunuh diri.
C. Ciri-ciri remaja yang akan
bunuh diri
Remaja yang berencana akan bunuh diri menunjukkan
perubahan yang drastis pada sikap dan tingkah lakunya. Cirri-ciri remaja yang
akan bunuh diri adalah :
1.
Perubahan sikap menjadi lebih
pendiam
Kebanyakan remaja yang akan bunuh diri tidak suka bicara dan
mengurung diri dalam kamar. Mereka terlihat lesu dan tidak bersemangat. Apabila
ada seseorang yang menanyakan keadaannya, remaja tersebut akan berkata ia
baik-baik saja atau cukup menganggukkan kepala. Pada remaja yang sebelumnya
sangat ceria, perubahan sikap ini terlihat sangat mencolok. Diam menunjukkan
remaja tersebut tidak ingin membagi bebannya dengan orang lain karena ia
percaya tidak ada yang sanggup menolongnya lagi.
2.
Sering menyendiri
Remaja tersebut menarik diri dari pergaulannya. Sering ia terduduk
lesu sambil melamun di sudut yang sepi.
3.
Meminta maaf pada semua
kenalannya
4.
Membagi-bagi barang
kesayangannya.
D. Cara mengurangi kecenderungan untuk bunuh diri
Untuk mencegah tindakan bunuh diri
pada masa remaja, remaja perlu dukungan dalam hal :
1.
Pematangan emosi
Orang tua atau dewasa lain (bisa kakak atau guru)membantu remaja
dalam bersikap positif terhadap kebutuhsn-kebutuhanemosi yang dibutuhkan
remaja. Misalnya dalam bentuk perhatian, rasa aman, penghargaan pengelolaan
serta pengontrlan emosi yang timbul.
2.
Menerima kelebihan dan
kekurangan diri
Orang tua atau dewsaa lain dapat menerima kekurangan dan menghargai
kelemahan remaja. Selain itu turut membantu remaja dalam mencari solusi agar
kelemahan itu bisa diperkecil atau dikompensasikan menjadi kelebihan
3.
Menghadapi konflik
Orang tua atau dewasa lain turut membantu menyelesaikan konflik yang
ada, sehingga remaja merasa didampingi pada saat ia mengalami “break down”.
4.
Pemecah masalah
Orang
tua atau dewasa lain turut membantu remaja pada saat remaja mengalami masalah,
seperti menjadi pendengar yang baik, menjadi teman yang baik dan membimbing
mereka dalam mengidentifikasikan maslah sehingga masalah dapat terselesaikan
dengan cepat, tepat dan tuntas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan karya tulis dan
meneliti kembali sumber-sumber yang ada , penulis mngambil kesimpulan yaitu :
a.
Bunuh diri adalah masalah yang
serius sehingga harus ditanggapi dengan serius pula.
b.
Jumlah kasus bunuh diri di
Indonesia semakin meningkat.
c.
Faktor penyebab remaja bunuh
diri dibagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Intern meliputi keterbatasan
intelektual, gangguan kepribadian, sakit fisik, dan gangguan mental. Ekstern
meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
d.
Tindakan bunuh diri dapat
dicegah dengan perhatian dari lingkungan sekitar.
B. Saran
penulis menyarankan kepada :
a.
Para orang tua agar lebih memperhatikan
anak remajanya, terutama jika terjadi perubahan sikap dan tingkah laku.
b.
Para remaja agar memberi
nasihat yang bernar kepada teman yang sedang bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hot Chord. Edisi Oktober-November 2003.
Hurlock, Elizabeth B. 1996. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Rajawali. November 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar