BAB
I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indra penglihatan merupakan salah
satu dari panca indra dalam diri manusia yang sangat penting dalam kehidupan,
dimana indra ini digunakan untuk melihat.
Indra penglihatan terletak pada mata
terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata),
saraf indra penglihatan saraf optikus (urat saraf kranial kedua) saraf optikus.
Seiring dengan perkembangan zaman,
banyak ditemukan gangguan-gangguan yan menyerang sistem peglihatan yang dapat
merusak/membutakan mata manusia. namun dalam pembahasan kali ini kami hanya
membahas gangguan sistem penglihatan “GLAUKOMA”. Dimana Glaukoma itu sendiri
adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan TIO dan terjadinya ekskavasi
atropi pupil saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan.
b.
Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini
yakni :
- Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian glaukoma, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinik, sampai pada penatalaksanaan medik.
- Agar
mahasiswa dapat memahami dengan benar dalam pelayanan asuhan keperawatan
terutama ketika mendapatkan pasien dengan kasus glaukoma.
BAB
II PEMBAHASAN
GLAUKOMA
A. KONSEP DASAR MEDIK
Definisi
Glaukoma
adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan TIO, ekskavasi atropi pupil
saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan yang khas.
Klasifikasi
glaukoma:
1.
Glaukoma primer
a. Glaukoma
sudut terbuka
Penyebabnya
tidak diketahui, pada stadium dini sukar ditemukan terjadi pada pasien usia di atas 40 tahun tetapi
dapat juga terkena pada usia muda. Pada sebagian besar pasien mengeluh mata
terasa berat, kepala pusing dan penglihatan kabur. Bila terdapat pada pasien
usia diatas 40 tahun, TIO > 20 mmHg dapat dilakukan pemeriksaan :
§
Tonometri
: TIO KI = Ka beda 4 mmHg atau lebih.
§
Lapangan
pandang: seotama sentral + perifer + tumelvision.
§
Optalmoskop
:
penggaungan atau atrof N.II.
§
Gonioskopi
: < normal.
§
Tonografi
: C = < 0,13
§
Tes
provokasi : minum air dan steroid.
Tanda
klasik :
§
Bilateral
§
Herediter
§
Peningkatan
TIO
§
<
COA terbuka
§
lapangan
pandang mengecil
§
ekskavasio
penyakit lambat
Tindakan:
I. Medikamentosa.
1. Parasimpatometik :
miolikum, memperbesar out flow (pilokarpirr 2 - 4 %, eserin 1/4 – 1/2).
2. Simpatometik :
mengurangi produksi HA (efineprin 0,5 - 2
%).
3. B.Bloker,
menghambat produksi HA (Toserba Murnolol moleae 0,25 - 0,5 %).
4. Carbon anhidrase :
menghambat produksi HA (Azetozolamide).
II.
Tindakan operasi.
b.
Glaukoma sudut tertutup
A. COA
tertutup akar iris menyebabkan H.A terhalang keluar bayangan trabekula. Predisposisi
anatomis : Balbulus okuli pendek, karena kecil dan iris tebal.
Faktor
fisiologis:
Akomodasi
Dilatasi pupil
Letak lensa
condong ke depan
Kongesti badan
siliar
Gejala klinis
Fase
prodoma/stadium non kongestif
§
Penglihatan
kabur, sakit kepala, kelemahan akomodasi, sakit pada mata(½ -2 jam)
§
Inj
perikornea, kornea suram, BMD dangkal, pupil lebar, refleks cahaya lambat, TIO
meningkat.
Fase glaukoma akut
: stadium kongestif
§
Sakit
kepala berat, visus menurun
§
Pemeriksaan
:
v
Palpebra
bengkak, konjungtiva bulbi : hiperemi, kemosis, infeksi konjungtiva A episklera.
v
Kornea
: keruh dan insensitif.
v
BMD
dangkal, iris corak bergaris tidak nyata, kelabu.
2.
Glaukoma konginetal/pertumbuhan
3.
Glaukoma sekunder
Glaukoma
dianggap sebagai sekunder bila penyebabnya jelas dan berhubungan dengan
kelainan yang bertanggung jawab pada peningkatan TIO. Secara khas glaukoma
biasanya unilateral, dapat terjadi dengan sudut terbuka atau tertutup atau
kombinasi keduanya.
Penyebab:
¬ Akibat perubahan
lensa (dislokasi lensa, intomesensi).
¬ Akibat perubahan
uvea (uveitis, tumor tubeosis indis).
¬ Akibat trauma
(hifema, kontusio bulbi, robesy kornea).
¬ Akibat operasi.
Etiologi
1.
Herediter
2.
hipermetropia,
dimana terjadi akomodasi terus menerus, sehingga terjadi hipermetropi dari
korpus siliaris yang akan menyempitkan sudut kamera okuli anterior.
3.
Katarakta
immatur, dimana lensa cembung.
Adanya
sudut sempit saja tidak menimbulkan glaukoma tetapii faktor presipitasinya
adalah :
- Terjadinya
akomodasi
- Nemroyen
(kaget,sedih dll)
- Memakan
obat midriatik (homatropin, atropin,”mydriacil”)
Patofisiologi
Rusaknya
saraf optikus dikarenakan berkurangnya lapangan pandang. Kerusakan ini
berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi tekanannya, semakin cepat
kerusakan saraf optikus tersebut berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat
perubahan patologis yang menghambat peredaran normal humor aqueus.
Manifestasi
klinik
¬ Terjadinya
peningkatan TIO
¬ Pandangan kabur
¬ Mata merah
¬ Perubahan bentuk
mata
¬ Nyeri akuler
Penatalaksanaan
Tujuan
penanganan glaukoma adalah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan
agar mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan
dengan pembedahan laser. Penatalaksanaan juga bergantung pada klasifikasi
penyakit dan responnya terhadap terapi obat.
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Glaukoma
terjadi akibat dan tidak adekuatnya drainase akueus humor dan bilik anterium
mata peningkatan TIO menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak
teratasi. Hal-hal yang dapat dikaji sehubungan dengan glaukoma yaitu:
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala
: Perubahan aktivitas biasanya, sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2.
Makanan/Cairan
Gejala
: MuaI/muntah (glaukoma akut)
3.
Neurosensori
Gejala
: Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dan
kehilangan bertahap penglihatan perifer.
4.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala
: Ketidaknyamanan ringan/mata berair/glaukoma kronis.
Nyeni
tiba-tiba berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut)
B.
Diagnosa
Diagnosa
yang berhubungan dengan glaukoma
1. Gangguan
sensori-perseptual : penglihatan dapat dihubungkan dengan gangguan penerimaan
sensori : gangguan status organ indra.
2. Ansietas berhubungan dengan faktor
fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pragnosis
dan pengobatan, dapat dihubungkan kurang terpajan/tidak mengenal sumber.
C.
Planning/Intervensi
1.
Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
2. -
Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
-
Menggunakan sumber secara efektif
3. -
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
-
Melakukan prosedur dengan benar dengan menjelaskan alasan tindakan
D.
Impementasi
1.
Diagnosa I :
Ø Pastikan derajat/tipe
kehilangan penglihatan.
Ø Dorong mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan.
Ø Tunjukkan
pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah
dosis.
Ø Lakukan tindakan
untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan.
Ø Berikan obat
sesuai indikasi.
2.
Diagnosa II:
Ø Kaji tingkat
ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan
kondisi saat ini.
Ø Berikan informasi
yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan
dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Ø Dorong pasien
untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Ø Identifikasi
sumber/orang yang mendorong.
3.
Diagnosa III:
Ø Diskusikan
perlunya menggunakan identifikasi.
Ø Tunjukkan teknik
yang benar untuk pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan.
Ø Kaji pentingnya
mempertahankan jadwal obat, diskusikan obat yang harus dihindari.
Ø Identifikasi efek
samping/reaksi merugikan dan pengobatan.
Ø Dorong pasien
membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Ø Dorong menghindari
aktivitas : seperti mengangkat berat, dll.
Ø Diskusikan
pertimbangan diet, contoh cairan adekuat, makanan berserat.
Ø Nasehatkan pasien
untuk melaporkan dengan cepat nyeri mata hebat.
Ø Anjurkan anggota
keluarga memériksa secara teratur tanda glaukoma.
E.
Evaluasi
Hasil-hasil
yang diharapkan:
1. Pasien
ikut berpartisipasi dalam program pengobatan.
2. Pasien
tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
3. Pasien
menyatakan tentang pemahaman kondisi, prognosis, prognosis dan pengobatan.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
1.
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan TIO, ekskavasi
atropi pupil saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan yang khas.
2.
Dengan menggunakan pendekatan dalam proses keperawatan dapat membantu dalam
penanganan masalah pasien atau mempercepat proses penyembuhan.
- Saran
Dalam
penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik
dari segi penulisan maupun bahasa yang digunakan, untuk itu kami dari penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam penulisan
makalah berikutnya akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Junadi, Purnawan,
dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 2. Media Aesculapius FKUI: Jakarta .
2. Doengus, M.E, dkk.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. EGC. Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar