Selasa, 12 Mei 2015

Makalah Glaukoma

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
            Indra penglihatan merupakan salah satu dari panca indra dalam diri manusia yang sangat penting dalam kehidupan, dimana indra ini digunakan untuk melihat.
            Indra penglihatan terletak pada mata terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata), saraf indra penglihatan saraf optikus (urat saraf kranial kedua) saraf optikus.
            Seiring dengan perkembangan zaman, banyak ditemukan gangguan-gangguan yan menyerang sistem peglihatan yang dapat merusak/membutakan mata manusia. namun dalam pembahasan kali ini kami hanya membahas gangguan sistem penglihatan “GLAUKOMA”. Dimana Glaukoma itu sendiri adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan TIO dan terjadinya ekskavasi atropi pupil saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan.

b. Tujuan
            Tujuan dari pembahasan makalah ini yakni :
  1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian glaukoma, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinik, sampai pada penatalaksanaan medik.
  2. Agar mahasiswa dapat memahami dengan benar dalam pelayanan asuhan keperawatan terutama ketika mendapatkan pasien dengan kasus glaukoma.






BAB II PEMBAHASAN

GLAUKOMA

A. KONSEP DASAR MEDIK

Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan TIO, ekskavasi atropi pupil saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan yang khas.
Klasifikasi glaukoma:
1. Glaukoma primer
    a.    Glaukoma sudut terbuka
Penyebabnya tidak diketahui, pada stadium dini sukar ditemukan terjadi  pada pasien usia di atas 40 tahun tetapi dapat juga terkena pada usia muda. Pada sebagian besar pasien mengeluh mata terasa berat, kepala pusing dan penglihatan kabur. Bila terdapat pada pasien usia diatas 40 tahun, TIO > 20 mmHg dapat dilakukan pemeriksaan :
§      Tonometri           : TIO KI = Ka beda 4 mmHg atau lebih.
§      Lapangan pandang: seotama sentral + perifer + tumelvision.
§      Optalmoskop    : penggaungan atau atrof N.II.
§      Gonioskopi        : < normal.
§      Tonografi                        : C = < 0,13
§      Tes provokasi     : minum air dan steroid.
Tanda klasik :
§      Bilateral
§      Herediter
§      Peningkatan TIO
§      < COA terbuka
§      lapangan pandang mengecil
§      ekskavasio penyakit lambat
Tindakan:
I. Medikamentosa.
1.   Parasimpatometik : miolikum, memperbesar out flow (pilokarpirr 2 - 4 %, eserin 1/4 – 1/2).
2.   Simpatometik : mengurangi produksi HA  (efineprin 0,5 - 2 %).
3.   B.Bloker, menghambat produksi HA (Toserba Murnolol moleae 0,25 - 0,5 %).
4.   Carbon anhidrase : menghambat produksi HA (Azetozolamide).
II. Tindakan operasi.
b. Glaukoma sudut tertutup
A. COA tertutup akar iris menyebabkan H.A terhalang keluar bayangan trabekula. Predisposisi anatomis : Balbulus okuli pendek, karena kecil dan iris tebal.
Faktor fisiologis:
š Akomodasi
š Dilatasi pupil
š Letak lensa condong ke depan
š Kongesti badan siliar
Gejala klinis
š Fase prodoma/stadium non kongestif
§   Penglihatan kabur, sakit kepala, kelemahan akomodasi, sakit pada mata(½ -2 jam)
§  Inj perikornea, kornea suram, BMD dangkal, pupil lebar, refleks cahaya lambat, TIO meningkat.
š Fase glaukoma akut : stadium kongestif
§   Sakit kepala berat, visus menurun
§   Pemeriksaan :
v  Palpebra bengkak, konjungtiva bulbi : hiperemi, kemosis, infeksi konjungtiva A episklera.
v  Kornea : keruh dan insensitif.
v  BMD dangkal, iris corak bergaris tidak nyata, kelabu.
2. Glaukoma konginetal/pertumbuhan
3. Glaukoma sekunder
Glaukoma dianggap sebagai sekunder bila penyebabnya jelas dan berhubungan dengan kelainan yang bertanggung jawab pada peningkatan TIO. Secara khas glaukoma biasanya unilateral, dapat terjadi dengan sudut terbuka atau tertutup atau kombinasi keduanya.
             Penyebab:
¬  Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intomesensi).
¬  Akibat perubahan uvea (uveitis, tumor tubeosis indis).
¬  Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robesy kornea).
¬  Akibat operasi.
Etiologi
1.      Herediter
2.      hipermetropia, dimana terjadi akomodasi terus menerus, sehingga terjadi hipermetropi dari korpus siliaris yang akan menyempitkan sudut kamera okuli anterior.
3.      Katarakta immatur, dimana lensa cembung.
Adanya sudut sempit saja tidak menimbulkan glaukoma tetapii faktor presipitasinya adalah :
  1. Terjadinya akomodasi
  2. Nemroyen (kaget,sedih dll)
  3. Memakan obat midriatik (homatropin, atropin,”mydriacil”)





Patofisiologi
Rusaknya saraf optikus dikarenakan berkurangnya lapangan pandang. Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat peredaran normal humor aqueus.

Manifestasi klinik
¬  Terjadinya peningkatan TIO
¬  Pandangan kabur
¬  Mata merah
¬  Perubahan bentuk mata
¬  Nyeri akuler

Penatalaksanaan
Tujuan penanganan glaukoma adalah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan agar mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan dengan pembedahan laser. Penatalaksanaan juga bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi obat.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Glaukoma terjadi akibat dan tidak adekuatnya drainase akueus humor dan bilik anterium mata peningkatan TIO menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Hal-hal yang dapat dikaji sehubungan dengan glaukoma yaitu:
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya, sehubungan dengan gangguan penglihatan.

2. Makanan/Cairan
Gejala : MuaI/muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dan kehilangan bertahap penglihatan perifer.
4. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair/glaukoma kronis.
Nyeni tiba-tiba berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut)
B. Diagnosa
Diagnosa yang berhubungan dengan glaukoma
1.  Gangguan sensori-perseptual : penglihatan dapat dihubungkan dengan gangguan penerimaan sensori : gangguan status organ indra.
2. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pragnosis dan pengobatan, dapat dihubungkan kurang terpajan/tidak mengenal sumber.

C. Planning/Intervensi
1. Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
2. - Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
- Menggunakan sumber secara efektif
3. - Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dengan menjelaskan alasan tindakan

D. Impementasi
1. Diagnosa I :
Ø  Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Ø  Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan.
Ø  Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Ø  Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan.
Ø  Berikan obat sesuai indikasi.



2. Diagnosa II:
Ø  Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Ø  Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Ø  Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Ø  Identifikasi sumber/orang yang mendorong.
3. Diagnosa III:
Ø  Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi.
Ø  Tunjukkan teknik yang benar untuk pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan.
Ø  Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, diskusikan obat yang harus dihindari.
Ø  Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dan pengobatan.
Ø  Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Ø  Dorong menghindari aktivitas : seperti mengangkat berat, dll.
Ø  Diskusikan pertimbangan diet, contoh cairan adekuat, makanan berserat.
Ø  Nasehatkan pasien untuk melaporkan dengan cepat nyeri mata hebat.
Ø  Anjurkan anggota keluarga memériksa secara teratur tanda glaukoma.
E. Evaluasi
Hasil-hasil yang diharapkan:
1. Pasien ikut berpartisipasi dalam program pengobatan.
2. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
3.  Pasien menyatakan tentang pemahaman kondisi, prognosis, prognosis dan pengobatan.















BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
1. Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan TIO, ekskavasi atropi pupil saraf optikus serta kerusakan lapangan penglihatan yang khas.
2. Dengan menggunakan pendekatan dalam proses keperawatan dapat membantu dalam penanganan masalah pasien atau mempercepat proses penyembuhan.

  1. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik dari segi penulisan maupun bahasa yang digunakan, untuk itu kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam penulisan makalah berikutnya akan lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA
1.      Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Media Aesculapius FKUI: Jakarta.
2.      Doengus, M.E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar