KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat
Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun belum bisa dikatakan sempurnah.
Dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini, penulis banyak menemukan kesulitan, namun berkat ketekunan dan
kemauan yang keras serta penjelasan dari dosen pembimbing dan semua pihak, maka
penyusunan makalah ini dapat terwujud dengan baik dan lancar.
Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif, yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Dan selanjutnya perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimah kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1.
Arsyaidar Habri, SKM
selaku dosen KMB II Askep Pernapasan Akper Pemda Kab. Konawe, yang telah
memberikan penjelasan dan motifasi serta bimbingan sehingga kita dapat
mengetahui tentang makna yang terkandung dalam makalah yang penulis buat.
2.
Para rekan – rekan
tingkat IIb Akper Pemda Kab. Konawe Yang telah membantu dan mendukung proses
kegiatan belajar mengajar ini.
Unaaha, 10 Desember 2009
Penulis
=
KELOMPOK V =
Tingkat
IIb
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL …………………………………………………………………....
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. 1
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………………… 2
BAB I Pendahuluan
………………………………………………………………. 3
A.
Latar
belakang ……………………………………………………..………….. 3
B.
Permasalahan ………………………………………………….………………
4
B.
Tujuan
penulisan …………………………………………….……………….. 4
BAB II Pembahsan
/ Tinjauan teoritis……………………………………………... 6
A.
Devinisi
efusi pleura………..………………………….………………….…… 6
B.
Etiologi …………………………………………………….…………………..
6
C. Tanda
dan gejala .………………………………………….………………….. 8
D.
Patofisiologi ………………………………………………………………..….. 8
E.
Pemeriksaan
diagnostik ……………………………………………………… 9
F.
Penatalaksanaan ………………………...…………………….……………… 10
G. Water
seal drainase ( WSD ) ….…………………………..………………….. 11
H.
Penyimpangan
KDM ………………………………………..………………... 12
BAB III Rencana
Asuhan Keperawartan ………………………………………….. 13
BAB IV Tinjaun
Kasus ……………. ……………………………………..………. 25
BAB V Penutup
…………………………………………………………………… 31
A.
Kesimpulan………………………………………………………………...
31
B.
Saran
……………………………………………………………………… 32
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleural adalah pengumpulan
cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan
parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Terkumpulnya cairan di rongga pleura
disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan
absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan
osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar
kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat
misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang
menurun.
Efusi pleura adalah suatu keadaan
dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga
pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam
rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama
dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih
rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Etiologi
terjadinya efusi pleura bermacam-macam, yaitu: tuberkulosis paru (merupakan
penyebab yang palng sering di Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit
penyakit sistemik dan keganasan baik pada pleura maupun diluar pleura.
B.
Permasalahan
Adapun permasalahan yang muncul dari
makalah ini adalah :
1.
Apa
definisi dari efusi pleura ?
2.
Bagaimana
etiologi efusi pleura ?
3.
Apa
tanda dan gejalanya ?
4.
Bagaimana
patofisiologi efusi pleura ?
5.
Apa
pemeriksaan diagnostik efusi pleura ?
6.
Bagaimana
penggunaan Water Seal Drainase (WSD) ?
7.
Pengkajian
pada pasien dengan efusi pleura ?
8.
Bagaimana
penatalaksanaannya ?
9.
Bagaimana
penyimpangan KDM efusi pleura ?
10. Bagaimana tinjauan kasus pada
penyakit efusi pleura ?
11. Bagaimana rencana asuhan keperawatan
pada pasien dengan efusi pleura ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Mahasiswa dan mahasiswi mendapatkan
gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit efusi pleura.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini adalah mahasiswa / i dapat
melakukan dan menentukan :
a. Pengkajian pada
klien yang menderita efusi pleura
b. Diagnosa
Keperawatan pada klien
c. Rencana
tindakan pada klien yang menderita efusi
pleura
d. Pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien yang menderita efusi pleura
e. Evaluasi
keperawatan pada klien yang
menderita efusi pleura
f. Mengidentifikasikan faktor pendukung
dan penghambat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien yang menderita efusi pleura
BAB II
PEMBAHASAN / LANDASAN TEORITIS
A. Definisi
Efusi
pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi
pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)
B. Etiologi
- Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
- Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat
terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan
infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
Peningkatan tekanan kapiler
subpleural atau limfatik
Penurunan tekanan osmotic koloid
darah
Peningkatan tekanan negative
intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik
pleura
Penyebab
lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung
# Kadar protein darah yang rendah
# Sirosis
# Pneumonia
# Blastomikosis
# Koksidioidomikosis
# Tuberkulosis
# Histoplasmosis
# Kriptokokosis
# Abses dibawah diafragma
# Artritis rematoid
# Pankreatitis
# Emboli paru
# Tumor
# Lupus eritematosus sistemik
# Pembedahan jantung
# Cedera di dada
# Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
# Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
# Kadar protein darah yang rendah
# Sirosis
# Pneumonia
# Blastomikosis
# Koksidioidomikosis
# Tuberkulosis
# Histoplasmosis
# Kriptokokosis
# Abses dibawah diafragma
# Artritis rematoid
# Pankreatitis
# Emboli paru
# Tumor
# Lupus eritematosus sistemik
# Pembedahan jantung
# Cedera di dada
# Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
# Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
C. Tanda dan Gejala
Adanya timbunan cairan mengakibatkan
perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit
hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit
penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas
tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang
sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan
berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian
yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan
vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu
daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu.
Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah
dengan ronki.
Pada permulaan dan akhir penyakit
terdengar krepitasi pleura.
D. Patofisiologi
Didalam
rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan
pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh
limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya
cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan
antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan
vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis
hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan
antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler
sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah
sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologik (Rontgen
dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan
lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat
pergeseran di mediatinum.
Ultrasonografi
Torakosentesis / pungsi pleura untuk
mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi
pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8.
Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus
(piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa
transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
Cairan pleural dianalisis dengan
kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah
merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase
(LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Cairan pleura berwarna kekuning-kuningan Bila agak
kemerah-merahan dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan dan adanya
kebocoran aneurisma aorta.
Bila Kuning kehijauan dan agak purulen, ini
menunjukkan adanya empiema.
Bila merah coklat, ini menunjukkan adanya abses karena ameba.
Bila merah coklat, ini menunjukkan adanya abses karena ameba.
Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
* Biokimia
: basil tahan asam (untuk tuberculosis), hitung sel darah merah dan putih,
kadar
pH, glukosa, amilase.
pH, glukosa, amilase.
* Sitologi : sel neutrofil, sel limfosit, sel
mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar dengan
banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
* Bakteriologi
F. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan adalah untuk
menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk
menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
Torasentesis dilakukan untuk
membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan disneu.
Bila penyebab dasar malignansi,
efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis
berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang
pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada
dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan
untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
Agen yang secara kimiawi
mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk
mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Pengobatan lainnya untuk efusi
pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi
diuretic.
G. Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja
sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.
2. Indikasi
a.
Pneumothoraks karena rupture bleb,
luka tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura,
kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks
c.
Torakotomi
d. Efusi pleura
e.
Empiema karena penyakit paru serius
dan kondisi inflamasi
3. Tujuan Pemasangan
Untuk mengeluarkan udara, cairan
atau darah dari rongga pleura
Untuk mengembalikan tekanan negative
pada rongga pleura
Untuk mengembangkan kembali paru
yang kolap dan kolap sebagian
Untuk mencegah reflux drainase
kembali ke dalam rongga dada.
4. Tempat pemasangan
a.
Apikal
Letak selang pada interkosta III mid
klavikula
Dimasukkan secara antero lateral
Fungsi untuk mengeluarkan udara dari
rongga pleura
b. Basal
Letak selang pada interkostal V-VI
atau interkostal VIII-IX mid aksiller
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan
dari rongga pleura
5. Jenis WSD
Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana
dan sering digunakan pada pasien dengan simple pneumotoraks
Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama
mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua adalah botol water seal.
System tiga botol Sistem tiga botol,
botol penghisap control ditambahkan ke system
dua
botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.
I. Patofisiologi Penyimpangan KDM
PE Permeabilitas
Kapiler
Masuknya bakteri progenik Peradangan pd permukaan pleura
Penurunan permukaan epektif paru Gangguan sirkulasi Risiko terjadiya infeksi
Kerusakan membran alveolar-kapiler Kurangnya absorbsi getah bening
Risiko
terjandinya kerusakan pertukaran gas
Penumpukan cairan dirongga pleura
Pemasangan pipa
inkubasi Kurangnya pendidikan
pencegahan
Gangguan Muskuloskeletal Penurunan ekspansi paru Gangguan sistem drainase dada
Trauma jaringan, factor fisik Sesak napas Proses
cedera
dan biologis
Pola Pernapasan
Tidak Efektif
Nyeri dada
Napsu makan menurun
Resiko tinggi trauma/
Anoreksia Henti
napas
Gangguan Kebutuhan Istirahat
Dan
Tidur Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pola Fungsi
1.
Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat
• Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
• Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
• Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
• Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme
• Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
• Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
• Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.
• Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
• Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
• Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.
3.
Pola eliminasi
• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
• Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
• Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4.
Pola aktivitas dan latihan
• Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
• Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
• Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
• Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
• Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
• Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
• Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
• Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
5.
Pola tidur dan istirahat
• Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
• Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
• Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
• Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6.
Pola hubungan dan peran
• Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
• Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Pola persepsi dan konsep diri
• Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.
• Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
• Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya
• Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
• Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Pola persepsi dan konsep diri
• Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.
• Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
• Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya
7.
Pola sensori dan kognitif
• Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berpikirnya.
• Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berpikirnya.
8.
Pola reproduksi seksual
• Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
• Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
9.
Pola penanggulangan stress
• Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
• Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
• Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan
.
- Pemeriksaan Fisik
• Status Kesehatan Umum
• Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
• Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
- Sistem Respirasi
Inspeksi
• Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.
• Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
• Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
• Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
• Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)
- Sistem Cardiovasculer
• Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
• Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis.
• Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
• Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
- Sistem Pencernaan
• Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
• Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35 kali permenit.
• Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba.
• Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).
- Sistem Neurologis
• Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau
comma.
• Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
• Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
- Sistem Muskuloskeletal
• Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial • Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan
capillary refil time.
• Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
- Sistem Integumen
• Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effuse biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.
• Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor
kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d
penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal,
nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori,
gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan pola napas normal/efektif
dng GDA normal
-
Bebas sianosis dan tanda gejala
hipoksia
Intervensi :
Identifikasi etiologi atau factor
pencetus
Evaluasi fungsi pernapasan (napas
cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
Auskultasi bunyi napas
Catat pengembangan dada dan posisi
trakea, kaji fremitus.
Pertahankan posisi nyaman biasanya
peninggian kepala tempat tidur
Bila selang dada dipasang :
a.
periksa pengontrol penghisap, batas
cairan
b. Observasi gelembung udara botol
penampung
c.
Klem selang pada bagian bawah unit
drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
e.
Catat karakter/jumlah drainase
selang dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker
Rasional :
a) Mengetahui penurunan bunyi
napas karena adanya sekret.
b) Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan perawatan dan
b) Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan perawatan dan
pengobatan selanjutnya.
c) Mengetahui sendini mungkin perubahan pada bunyi napas.
d) Membantu mengembangkan paru secara maksimal.
e) Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar.
f) Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan
c) Mengetahui sendini mungkin perubahan pada bunyi napas.
d) Membantu mengembangkan paru secara maksimal.
e) Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar.
f) Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan
memperbesar ukuran lumen trakeobroncial.
2. Nyeri dada b.d factor-faktor
biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-
Pasien mengatakan nyeri
berkurang atau dapat dikontrol
-
Pasien tampak tenang
Intervensi :
Kaji terhadap adanya nyeri, skala
dan intensitas nyeri
Ajarkan pada klien tentang manajemen
nyeri dengan distraksi dan relaksasi
Amankan selang dada untuk membatasi
gerakan dan menghindari iritasi
Kaji keefektifan tindakan penurunan
rasa nyeri
Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan
dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.
Tujuan : jalan
nafas efektif
Kriteria hasil :
- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- klien dapat mempertahankan jalan nafas
- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit).
Intervensi :
a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman
- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- klien dapat mempertahankan jalan nafas
- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit).
Intervensi :
a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman
penggunaan otot aksesori.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan
untuk nafas dalam.
d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.
f) Lembabkan udara respirasi.
g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan
d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.
f) Lembabkan udara respirasi.
g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan
kortikosteroid.
Rasional :
a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan
Rasional :
a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan
akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.
b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh
b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh
kerusakan paru atau luka brongkial dan
dapat memerlukan evaluasi lanjut.
c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan.
c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan.
Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan
sekret kedalam jalan napas bebas untuk
dilakukan.
d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu
d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu
mengeluaran sekret.
e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah
e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah
dilakukan.
f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.
g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen
f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.
g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen
percabangan trakeobronkial berguna padu
adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.
4. Diagnosa Keperawatan Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium
dalam batas normal.
Intervensi :
a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya,
Intervensi :
a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya,
agama, ekonomi dan pengetahuannya
tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
b. Auskultasi suara bising usus.
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya
b. Auskultasi suara bising usus.
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya
gangguan pada fungsi pencernaan.
c. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
d. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.
e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan
c. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
d. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.
e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan
memudahkan reflek.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP
Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP
Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan
antibody karena diet TKTP menyediakan
kalori dan semua asam amino esensial.
g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen
nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal,
putmocare) jika intake diet terus
menurun lebih 30 % dari kebutuhan.
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam
lemak dalam tubuh.
5. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d
proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti
napas
Kriteria hasil :
-
Mengenal kebutuhan/mencari bantuan
untuk mencegah komplikasi
-
Memperbaiki/menghindari lingkungan
dan bahaya fisik
Intervensi :
Kaji dengan pasien tujuan/fungsi
unit drainase, catat gambaran keamanan
Amankan unit drainase pada tempat
tidur dengan area lalu lintas rendah
Awasi sisi lubang pemasangan selang,
catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup
steril sesuai kebutuhan
Anjurkan pasien menghindari
berbaring/menarik selang
Observasi tanda distress pernapasan
bila kateter torak lepas/tercabut.
6.
Resiko terjadinya kerusakan pertukaran
gas sehubungan dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran
alveolar – kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal
Kreteria hasil :
- Melaporkan tentang adanya / penurunan dispnea
- Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Intervensi :
a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan
Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal
Kreteria hasil :
- Melaporkan tentang adanya / penurunan dispnea
- Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Intervensi :
a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan
terbatasnya ekspansi dinding dada
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit,
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit,
termasuk membran mukosa
c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi
d) Tingkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai
c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi
d) Tingkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai
keperluan
e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri
f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional :
a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai
e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri
f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional :
a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai
inflamasidifus luas. Efek pernapasan
dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai
distress pernapasan
b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan
b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan
jarigan
c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu
c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu
menyebabkan udara melalui paru dan
menghilangkan atau menurtunkan napas pendek
d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat
d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat
menurunkan beratnya gejala
e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2
e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2
menunjukan kebutuhan untuk intervensi
/ perubahan program terapi
f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
ventilasi atau menurunya permukaan
alveolar paru.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan
aturan pengobatan
Kriteria hasil :
-
Menyatakan pemahaman tentang
masalahnya
-
Mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
Kaji pemahaman klien tentang
masalahnya
Identifikasi kemungkinan
kambuh/komplikasi jangka panjang
Kaji ulang praktik kesehatan yang
baik, nutrisi, istirahat, latihan
Berikan informasi tentang apa yang
ditanyakan klien
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini kami sekelompok akan membahas tentang
kesenjangan antara teori dan praktek
yang timbul pada pasien dengan penyakit efusi pleura adalah sebagai
berikut :
PENGKAJIAN DATA DASAR
Ruangan : Seruni
Rumah sakit : RSUD PROPINSI
Tanggal
pengkajian : 28 juli 2009
I.
IDENTITAS DIRI
KLIEN
Nama :
tn R
Umur :
57 thn
Jenis kelamin :
laki-laki
Alamat :
desa motaha
Status perkawinan: nikah
Agama :
islam
Suku :
raha
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
petani
Tgl masuk R.S :
01 juni 2009
No RM :
190013
II.
STATUS
KESEHATAN SAAT INI
·
Keluhan utama
: klien mengatakan/mengeluh sesak napas
·
Factor
pencetus : klien sering merokok, dan minum minuman beralkohol, serta mandi
malam
·
Upaya yang
dilakukan sendiri : klien istirahat dan duduk di ranjang
·
Upaya yang
dilakukan keluarga : membawa klien kerumah sakit
III.
RIWAYAT
KESEHATAN MASA LALU
·
Klien
mengatakan baru kali ini menjalani operasi
·
Klien
mengatakan belum pernah masuk rumah sakit
·
Klien
megatakan ada riwayat penyakit TBC
IV.
RIWAYAT
KELUARGA
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
: perempuan
:sudah
meninggal
: klien itu
sendiri
|
: tidak
diketahui umurnya
V.
RIWAYAT
LINGKUNGAN
·
Klien tinggal
di daerah yang terpencil dan lingkungannya cukup bersih
·
Klien
mengatakan di kampungnya tidak terdapat pabrik
·
Klien
mengatakan jarak antara sumur dan jamban kira-kira 8-10m
VI.
ASPEK
PSIKOSOSIAL
Ø Hal yang paling dipikirkan klien saat ini ingin
lekas sembuh dari penyakitnya, serta biaya rumah sakit.
Ø Suasana fisik nampak tenang dan dan sabar
menjalani perawatan
Ø Hubungan komunikasi dengan klien jelas,dan mampu
mengekspresikan segala keluhan.
Ø Kehidupan keluarga menganut adat istiadat yaitu
raha
Ø Nilai kepercayaan klien bersumber dari agama
islam.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
1.
TTV
TD : 130/70 mmhg
N : 84 x/menit
S : 37c
P : 28x/menit
2.
Kepala
ü Inspeksi : nampak rambut kusam dan rontok
ü Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
:
tidak ada benjolan
3.
Mata
ü Inspeksi :
konjungtiva tampak anemis
: tidak ada tanda-tanda
radang
4.
Mulut
ü Inspeksi :
tidak tanda-tanda radang
5.
gigi dan
guzi
ü Inspeksi :
terlihat karang pada gigi
:
Jumlah gigi abnormal ( kurang 3 )
:
guzi nampak pucat
6.
Hidung
ü Inspeksi :
nampak terpasang nasal kanula dengan tekanan 02 adalah 3lpm
:
tidak ada secret
ü Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
7.
Leher
ü Inspeksi :
tidak ada tanda-tanda pembesaran kelenjar tiroid
ü Palpasi :
vena jugularis teraba
8.
Toraks
ü Inspeksi :
tulang iga nampak jelas
:
terdapat luka pada daerah WSD
:
ekspansi paru abnormal
: frekuensi napas cepat dan dalam
: frekuensi napas cepat dan dalam
ü Palpasi :
fokal fremitus menurun
ü Auskultasi
: bunyi napas terdengar serak basah
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto
thorax
o
Perselubungan
homogen pada hemithoraks kanan yang menutupi sinus, Diagfragma serta bunyi
jantung
o
Diagfagma kiri
baik sinus kiri tumpul
Laboratorium
o
Leukosit 5-6
rbc hasil 3.810’8 normal 4-7-6
o
WBC hasil
8,3x10’3/ul normal 5,0-10,0
IX.
RESUME
PERKEMBANGAN PERAWATAN
Pada
awal klien masuk rumah sakit tanggal 1 juni 2009 keadaan klien tampak lemah dan
keluhan sesak napas di sertai batuk ini berlangsung selama 6 bulan yang lalu,
setelah klien menjalani rawat inap di RSUD PROPENSI, sudah mulai ada perubahan
dari kondisi sebelumnya hanya saja sesaknya masih ada dan batuknya sudah mulai
hilang.
KLASIFIKASI DATA
- DS (Data Subyektif).
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengatakan batuk
- Klien mengeluh sering berkeringat pada malam hari
- Klien mengatakan nafsu makannya berkurang
- Klien mengatakan kadang cairan paru-paru merembes lewat selang
- DO (Data Obyektif).
o
Klien nampak
bernapas dengan cepat
o
Terpasang WSD
pada paru-paru bagian kanan
o
Klien nampak
berhati-hati dalam bergerak
o
Nampak luka
pada pemasangan WSD
o
Terdengar
suara ronchi (basah)
o
Nampak cairan
WSD berwarna merah
o
Nampak 02
terpasang
o
Porsi makan
klien tidak dihabiskan
ANALISA DATA
No
|
DATA
|
MASALAH
|
1.
|
DS : Klien
mengeluh sesak napas
DO : Klien
nampak bernapas dengan cepat
Aaa: nampak O2 terpasang. P = 28x/menit
DS
: Klien mengatakan kadan cairan paru-paru aaaaamerembes
lewat selang
DO : Nampak
cairan WSD berwarna merah
: Nampak luka pada pemasangan WSD
DS : Klien
mengatakan nafsu makannya berkurang
DO : Porsi
makanan klien tidak di habiskan ( hanya
¼ bagian )
|
Pola nafas
tidak efektif
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Pola nafas tidak efektif b/d kurangnya ekspansi paru ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh sesak napas
DO : klien nampak
bernapas dengan cepat
- Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tindakan pembedahan selang WSD ditandai dengan :
DS : klien
mengatakan kadang cairan paru-paru merembes lewat selang WSD
DO : -
nampak cairan WSD berwarna merah
Aa a -
nampak luka pemasangan WSD
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas ditandai dengan :
DS
: Klien mengatakan nafsu makannya berkurang
DO :
Porsi makanan klien tidak di habiskan ( hanya ¼ bagian )
DAFTAR PUSTAKA
- Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
- Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
- Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997
- Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
- Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
- Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
- Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
- Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar